Sunday, November 27, 2011

1 Muharram, Tahun Baru yang Sesuatu Banget !!!

Selamat tahun Baru 1 Muharram 1433 H
Selamat tahun Baru 1 Muharram 1433 H
Sebagaimana perkiraanku sebelumnya, tak ada keramaian yang kutemukan di momen tahun baru Islam, 1 Muharram yang menandakan masuknya penanggalan Hijriah dengan tahun yang baru. 1 Muharram dalam Islam sama dengan 1 Januasi dalam penanggalan Masehi. Sama-sama tahun baru. Namun jangan anggap bahwa tahun baru selalu dirayakan meriah, 1 Muharram adalah tahun baru yang menyedihkan, meminjam istilah Syahrini, sesuatu banget, susah sekali dijelaskan. Entah 1 Muharram ini menyedihkan atau tragis atau memang cara melaluinya seperti ini, tak ada ungkapan menarik bagi penulis selain menanggapi 1 Muharram ini sebagai tahun baru yang sesuatu banget.

Silahkan dinalar sendiri, tak pakai nalar pun tak apa, tahun baru 1 Januari sangat meriah, setiap orang sepertinya memiliki rangkaian agenda memasukinya, para alim ulama memasukinya dengan duduk di masjid menyambut tahun baru dah menyampaiakn doa tahun baru, penulis lupa bagaimana bunyi doa tahun baru itu. Para politikus membuat acara refleksi, evaluasi perjalanan bangsa selama setahun, istilah rapor merah pemerintahan yang berlangsung akan jadi marak, di media-media tentunya akan menjadikan evaluasi perjalanan pemerintahan sebagai topik yang menjual.

Anak-anak muda merencanakan menghiasi langit malam dengan kembang api, melukis langit pergantian tahun yang sepertinya sakral. Setelah kembang api, mereka saling bersalaman, mungkin anak muda yang bertahun baru bersama pasangan muda masing-masing akan saling berpelukan sembari mengucapkan selamat tahun baru, semoga tahun ini kita tetap bersama, ahahayyyyy.

Kurang lebih begitulah tahun baru 1 Januari berlangsung tiap tahunnya, dinamis, mekanis dan tidak mencirikan manusia sebagai makhluk yang progresif, berbeda dengan 1 Muharram, semangat menyongsong tahun baru sangat lesu, jelas saja jika penulis bertanya, kok bisa?. Bukankah Indonesia adalah negara penganut agama Islam terbesar di dunia?.

Mari kita bandingkan lagi dengan perayaan tahun baru Cina, angpao menjadi semangat dan setiap orang mulai menuliskan Gongsifacao (entah ejaan yang tepatnya bagaimana). Perayaannya meriah, diramaikan dengan pertunjukan-pertunjukan kesenian ala kebudayaan mereka, Barongsai menjadi ciri yang utama, warna merah sangat mudah didapati dimana-mana, bukan hanya di perempatan jalan pasa waktu tertentu. Pertanyaanya, apakah kaum muslim di Indonesia yang mayoritas ini tidak bersemangat lagi dengan agamanya? lesu dan sesuatu banget.

Penulis sendiri tidak melakukan suatu ritus macam-macam melalui pergantian tahun ini, seorang teman yang tak pernah bertatap muka, mengajak untuk menunaikan ibadah sholat malam 1 suro tepat jam 12 nanti, aku berkata bahwa; tidak mau, shalat 5 waktu saja malas rasanya, apalagi 1 suroan. Teman ini mencoba lagi, katanya bahwa 1 suro dilaksanakan sekali dalam setahun. Aku menanggapinya lesu, kan cuma sunnah!. Kupikir, entah apa yang melandasi sholat 1 suro itu dilaksanakan pada jam 12 malam, pergantian tahun? jika jawabannya begitu, sepertinya penulis dapat sedikit mengelak, bukankah dalam penanggalan Hijriah, tolak ukur pergantian hari adalah waktu Magrib?.

Teman-teman pembaca mungkin kesal, penulis mengkritisi kesenyapan tahun baru Hijriah sementara penulis sendiri tak melakukan apa-apa di momen tahun bari 1 Muharram ini. Jelas begitu bukan?. penulis pun berfikir demikian, namun merayakan tahun baru bukan kegemaranku, semuanya sama saja apalagi momen malam meinggu seperti ini, taka ada yang membedakan, kecuali semangat baru yang harus membara untuk menghadapi hari-hari baru yang tak jelas di hari esok, ketika 1 malam telah terlewati.

Sehari ini hanya kuhabiskan untuk bertemu, sebenarnya memenuhi janjian untuk bertemu seorang kawan untuk membahas ceritera Kerajaan-kerajaan Makassar, belakangan ini tema ini gemar di mulutku, setelah beberapa jam berdiskusi berdua, kami beralih ke toko buku, penulis memang berniat berbelanja buku, karena tertarik dengan buku berjudul "Sejarah Perang Makassar 1699; Prahara benteng Somba Opu" karya S.M Noor, dan sebuah buku lagi yang berjudul "Lumpur" sebuah novel tetralogi yang ditulis oleh seorang teman yang bermukin di Jogja hingga saat ini, namanya Yazid Passandre. Hanya itu, selebihnya adalah duduk di depan laptop dan menikmati belantara dunia maya.

1 Muharram berlalu tanpa keriuhan, semoga alasannya bukan karena ummat Islam tidak perhatian lagi pada identitas agamanya, akan tetapi (kurang lebih) sama denganku, yaitu menganggap bahwa setiap hari adalah sama saja, setiap hari adalah hari besar yang harus dilalui dengan semangat membara, tidak mesti dengan leha-leha menjalani 1 Muharram, asal kita mengerti bahwa tanggal merah di hari sabtu ini karena tahun baru Hijriah, tanggal 1 Muharram. Selamat Tahun Baru !!!

0 komentar:

Post a Comment

Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)

 

Alternative Road Copyright © 2012 -- Template was edited by Cheng Prudjung -- Powered by Blogger