Sondang Hutagalung |
SMS tersebut kukirim dengan penuh harapan agar teman-teman PMII atau organisasi mahasiswa lainnya melakukan aksi solidaritas, menjawab panggilan Sondang yang harus mengorbankan dirinya untuk didengar. Keinginanku untuk ikut serta dalam aksi solidaritas sangat besar dan didorong, memang, oleh kebencianku terhadap rezim yang berjalan ini. Sondang melampauiku, dengan berani dia keluar dari kebiasaannya melakukan aksi teatrikal kepada pertunjukan ekstrim, mungkin keputusannya itu dikarenakan tidak bergunanya lagi konsep teatrikal sehingga dia terdorong untuk melakukan aksi bakar diri.
Dorongan Membakar Diri dan Representasi Berita
Kupantau koran KOMPAS, kuikuti berita tentang Sondang yang membuatku sedikit kecewa, pasalnya berita yang diangkat tidak terfokus pada motivasi seorang sondang melakukan aksi yang hebat itu. Walaupun penulis tetap menerima bahwa berita tentang identitas dan kondisi kesehatannya penting untuk diketahui, saya tetap menghargai dorongan manusia itu, lebih memperhatikan kabar manusianya daripada latar belakang yang mendorong terjadinya aksi bakar diri tersebut.
Sebagaimana pemantauan penulis, muatan aksi Sondang Hutagalung memang masih kabur, di KOMPAS sendiri tidak banyak yang dapat disampaikan, disana hanya dituliskan bahwa Jaringan Kampus yang dengan cepat terkordinasi melakukan aksi damai, doa bersama dan renungan di RSCM, merasa bahwa Sondang Hutagalung membawa pesan penting, yaitu keprihatinan terhadap kondisi bangsa.
Sondang Hutagalung, mahasiswa jurusan Hukum di Universitas Bung Karno angkatan 2007, adalah aktivis Hammurabi yang sering melakukan aksi teatrikal, kerabatnya tidak menyangka jika dia melakukan aksi yang ekstrim dalam mengkritisi kepemimpinan bangsa. Sebagaimana diberitakan KOMPAS bahwa sebulan sebelumnya Sondang mengirimkan pesan kepada rekannya di Kontras yang berisi ingin menitipkan Hammurabi, tiga hari sebelum aksi bakar diri yang dilakukannya, dia menitipkan identitas dan telepon selulernya kepada seseorang.
Hal tersebut di atas, bagi penulis, jelas sebuah pertanda bahwa Sondang sudah merencanakan aksinya. Dan tentu hal yang terpenting bagi media pemberitaan untuk menggali lebih dalam apa yang diinginkan Sondang, anak bungsu dari empat bersaudara pasangan Victor hutagalung dan Dame Sipahutar mengorbankan tubuhnya untuk menuntut apa?, beberapa media tidak menyampaikan ini secara jelas. Penulis malah takut dengan kondisi ini, jangan sampai aksi bakar diri ini "patah" akibat respon media yang tidak memberikan perhatian penuh atau malah takut menggali lebih dalam. Padahal bias dibayangkan, aksi bakar diri adalah berita besar, kejadian luar biasa di masa sekarang. Penulis malah berfikir bahwa dengan membakar foto SBY, tuntutan hanya singgah di meja DPR, tidak cukup sehingga yang lain perlu dibakar.
Budiarto Shambazy, menulis kolom berjudul Sondang Hutagalung di KOMPAS terbitan sabtu, 10 Desember 2011. Dalaam kolom tersebut, Budiarto Shambazy mengisahkan kembali aksi bakar diri yang dilakukan oleh Mohamed Bouazizi agar tuntutannya diperhatikan pemerintah Tunisia Tengah. Kisah ini kemudian dijadikan batu loncatan oleh Budiarto Shambazy untuk mengulas fenomena bakar diri yang dilakukan Sondang Hutagalung baru-baru ini. Aih aku sangat prihatin!.
Sondang Hutagalung dan Kebangkitan Rakyat
Dalam kolom tersebut, Budiarto menulis bahwa pembakar diri seperti Bouazizi dan Sondang bukan pencari sensasi yang haus perhatian dan ingin dikenang sebagai “pahlawan”. Mereka disebut “korban” yang ingin agar rakyat “Bangkit”.
Penulis merasa bahwa disanalah seharusnya kita fokus, mencari pesan dibalik kobaran api atau dibalik bau angin terbakar, sehingga pengorbanan dengan harapan agar rakyat bangkit, tidak sia-sia. Sekali lagi, kita tentu saja harus turut prihatin dengan kondisi kesehaatan Sondang. Dia telah memutuskan melakukan aksi ini sebagaimanaa keyakinan penulis, walaupun kerabatnya tercengang karena Sondang dikenal tidak ngeh terhadap aksi yang ekstrim.
Semoga media mengabarkan dengan baik, dan rakyat dapat memperhatikan dan memperdulikannya, toh memang bangsa ini butuh gerakan yang didorong oleh keinginan bersama untuk memajukan Negara. Momentum hari anti korupsi tahun ini harus diingat baik-baik dan menjadi batu loncattan kita semua untuk aksi, sekali lagi menjawab panggilan simbolik Sondang. Aku prihatin!
Mohon komentar teman-teman!.
2 komentar:
...meski demikian, saya tetap sangat menyayangkan tindakan itu....
apa dia engga mikir dampakx ke keluarga x, ke masa depanx? saya masih anggap masih banyak solusi cerdas selain membakar diri yg relatif sia2...
@bibi ::: mungkin si sondang hutagalung tetp mikirin keluarganya, tetap mikir apa aksinya sia2 atau tidak... bakar diri sondang hutagalung akan jadi sia2 kalau dia tidak yakin apa yg dilakukannya. termasuk pemberitaan media kemarin yg simpang siur, lebih banyak memberitakan sosok sondang dibandingkan opini yg coba dibangun....
saya sndiri tercengan, aksi bakar diri adalah pencapaian dan bukti akan kuatnya keyakinan, pemikirannya seakan purna sehingga rasa takut mati telah tanggal. dan keyakinan sondang hutagalung sy percaya karena tidak lagi tahan menlihat negara....
kadang sy berfikir, berdosa sekali sy sebagai insan berpengetahuan, punya kekuatan tp tidak berjuang membela rakyat lemah yang diacuhkan negara. betapa besar dosanya. dan ilmu pengetahuan kita tidak berguna.
Sondang Hutagalung akan menarik untuk diceritakan ulang.
Post a Comment
Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)