Sunday, December 12, 2010

Media Online dan Jurnalistik Virtual

Media on-line dimaksudkan sebagai media massa yang diakses melalui internet. Sebagai media massa, media on-line juga menggunakan kaidah-kaidah jurnalistik dalam sistem kerja mereka. Tapi apakah ada bedanya dengan media massa konvensional?.

Pada dasarnya, tak ada perbedaan yang terlalu signifikan. Perbedaan yang paling mencolok adalah channel atau medium yang dipergunakan. Yang satu virtual, satunya lagi tercetak. Maka secara teknis, ada hal-hal tertentu yang (mau tidak mau) membuat mereka berbeda.

Sebagian besar perbedaan jurnalistik media cetak dengan media online hanyalah pada masalah-masalah teknis. Dari segi sifatnya, ada satu kemiripan antara media online dengan media elektronik seperti radio dan televisi. Mereka selalu dituntut untuk menyajikan berita yang paling up to date secepat mungkin. Mereka juga biasanya tidak perlu menunggu hingga seluruh data ter-kumpul. Begitu ada data, walau hanya sedikit, mereka langsung melaporkannya. Jika ada perkembangan baru mengenai peristiwa tersebut, mereka melaporkannya lagi. Demikian seterusnya. Karena itu, aturan penulisan di dalam media online cenderung lebih bebas, tidak terlalu terpaku pada kaidah-kaidah bahasa dan jurnalistik yang berlaku umum.

Teknik Penulisan

Umumnya orang ingin membaca berita-berita di internet secara cepat. Selain karena malas lama-lama “memelototi” layar monitor, mereka juga diburu-buru oleh mahal-nya pulsa internet. Karena itu, gaya bahasa pada media online pun hendaknya disesuaikan dengan hal ini. Harus ringkas, padat, dan menarik.

Biasanya pada halaman pertama sebuah media on-line terdapat tampilan berita-berita terbaru yang terdiri dari judul dan lead. Umumnya, lead ini adalah alinea pertama dari artikel berita tersebut, walau tidak mesti demikian.

Yang harus diperhatikan: buatlah lead yang semenarik mungkin agar netter tergoda untuk mengklik berita tersebut (atau membaca artikel penuhnya). Jika alinea pertama tidak menarik untuk dijadikan lead, carilah bagian-bagian lain yang lebih me-narik. Atau buat saja lead khusus yang berbeda. Ini sah-sah saja, yang penting isinya masih sejalan dengan full article.

Selain menguasai pengetahuan Jurnalistik tentunya, seorang jurnalis media online hendaknya juga menguasai dasar-dasar HTML. Tidak harus terlalu mendalam, cukup yang umum-umum saja. Minimal, mereka harus mengetahui bagaimana cara membuat huruf tebal, huruf miring, menempatkan gambar di dalam naskah, membuat hyperlink, dan beberapa pengetahuan HTML mendasar lainnya. Ini akan sangat membantu mereka dalam pembuatan tulisan yang sesuai dengan sifat-sifat halaman web yang jauh berbeda dengan halaman media cetak.

Pada media cetak, biasanya panjang naskah telah dibatasi, misalnya 3 – 5 halaman kuarto diketik dua spasi. Sementara itu, media On-line tidak melakukan pembatasan naskah, karena halaman web bisa menampung naskah yang sepanjang apapun. Namun demi alasan kecepatan akses, keindahan desain dan alasan-alasan teknis lainnya, perlu dihindarkan penulisan naskah yang terlalu panjang.

Beberapa perbedaan lain antara media on-line dan media cetak adalah sebagaai berikut;

Editing
Dalam proses editing berita, materi berita jika sudah naik cetak (atau sudah di-filmkan pada proses percetakan), tak bisa diedit lagi. Sedangkan media on-line, masih bisa diedit dengan leluasa.

Tugas desainer atau layouter pada media cetak harus tetap bekerja untuk menyelesaikan desain pada setiap edisi penerbitan. sementara Desainer dan programmer media on-line, cukup bekerja sekali saja, yakni di awal pembuatan situs web. Selanjutnya, tugas mereka hanya pada masalah-masalah maintenance atau ketika perusahaan memutuskan untuk mengubah desain dan sebagainya. Setiap kali redaksi mengupload naskah, naskah itu akan langsung “masuk” ke desain secara otomatis.

Distribusi
Walau sudah selesai dicetak, media cetak belum bisa langsung dibaca oleh khalayak ramai sebelum melalui proses distribusi. Sementara media on-line, dapat langsung di-upload, dan berita dapat langsung dibaca oleh semua orang di seluruh dunia yang memiliki akses internet.

Alur Kerja
Secara teknis, tugas redaksi media online cukup mudah. Ia hanya perlu mengisi sebuah “formulir online”. Ada isian judul, ringkasan berita atau lead, artikel penuh, dan isian-isian lainnya. Setelah mengklik tombol “Submit” atau “Kirim”, artikel tersebut sudah langsung online.

Mengenai alur kerja, sebenarnya media online tidak jauh berbeda dengan media cetak. Karena sifatnya yang harus menyajikan berita secara cepat (sebagai-mana halnya media elektronik), maka media online perlu melakukan beberapa penyesuaian di dalam proses kerjanya.

Ketika ada kejadian, reporter di lapangan menelepon redaktur. Si redaktur pun menelepon balik si reporter, meminta informasi lebih lanjut, dan jika perlu dilakukan cek dan ricek. Setelah itu, redaktur menulis naskah dan meng-uploadnya melalui formulir online. Ini adalah contoh alur kerja yang standar.

Bisa juga, si reporter melakukan reportase dan menulis sendiri. Tulisan ini dikirim ke redaksi melalui email atau media-media lain. Proses selanjutnya sama seperti di atas. Umumnya, yang berhak untuk meng-upload naskah hanyalah redaksi. Namun, ada media tertentu yang memberikan wewenang khusus kepada reporter tertentu yang telah dipercaya. Si reporter ini bisa meng-upload sendiri berita yang mereka tulis, melalui komputer warnet, laptop, atau media-media lain yang memungkinkan.

Masih ada beberapa alur kerja yang bisa diterapkan pada media online. Namun alur-alur di atas cukuplah menjadi contoh. Semoga dapat menjadi gambaran yang memuaskan.

Teknis Pengiriman
Halaman web memiliki sifat yang sangat berbeda dengan halaman media cetak. Karena itu, jika Anda hendak mengirim naskah ke sebuah media online, hendak-nya Anda memperhatikan hal-hal berikut ini:
  1. Ketiklah naskah dengan program NotePad atau program-program sejenis (bukan program pengolah kata seperti MS Word dan sebagainya). Penulisan naskah dengan pengolah kata seperti MS Word biasanya menghasilkan banyak “karakter aneh” ketika naskah tersebut diproses oleh redaksi.
  2. Pisahkan pergantian alinea dengan menekan tombol enter sebanyak dua kali. Kenapa? Sebab penulisan naskah di website tidak mengenal format “awal paragraf ditandai dengan pengetikan agak menjorok ke dalam” seperti yang biasa ditemui pada media cetak. Kalau tombol enter hanya ditekan sekali, pembaca akan kesulitan melihat batas-batas alinea.
  3. Jangan pakai tombol tab atau menekan tombol spasi lebih dari satu kali. Tabulasi akan diabaikan oleh halaman web. Sementara jika Anda menekan tombol spasi sebanyak apapun, yang dipakai hanya satu. Jadi percuma saja Anda repot-repot mengatur tabulasi dan spasi yang macam-macam.

Karena internet adalah dunia yang bebas, Anda memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk belajar dengan melakukan praktek langsung. Caranya: buatlah sebuah situs dan kelola dengan serius. Siapa pun bisa membuat situs di internet, tak ada yang melarang!

0 komentar:

Post a Comment

Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)

 

Alternative Road Copyright © 2012 -- Template was edited by Cheng Prudjung -- Powered by Blogger