Proses penyelesaian pemasangan patung (foto: Tribun) |
Tapi bolehlah saya ikut nimbrung di acara kasak-kusuk soal patung Sultan Hasanuddin yang tidak mencerminkan sosok Raja Gowa ke XVI ini. Berbagai kritik muncul menanggapi hasil kerja pematung Nyoman Nuarta yang menelan biaya hampir 7 milyar, diataranya kesan gagah berani seorang Karaeng yang tak tampak, beberapa bagian patung dianggap tidak merepresentasikan simbol dengan baik, misalnya sarung yang terlilit di pinggang patung yang lebih terkesan sebuah rok, pada bagian penutup kepala atau passappu juga keliru, karena passappu seharusnya berdiri tegak.
Respon pertama mendapati informasi tentang ketidakpuasan banyak orang atas bentuk atau rupa patung dan harganya yang mahal, adalah meragukan si pematung, spontan benak saya mencemoh dengan bahasa kurang beradap dan mendakwa si pematung sebagai seorang seniman yang bodoh, abal-abal, bahkan tidak mengerti nilai sebuah karya, dia mungkin seorang pematung yang haus akan karya dan bekerja terus menghasilkan "ciptaan" sehingga nilai dari ciptaannya ini hilang tak jelas arah.
Nyoman Nuarta (foto:www.nuarta.com) |
Namun entah kenapa, pada proyek pembuatan patung Sultan Hasanuddin yang dibiayai oleh Perum Angkasa Pura ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan? semua orang, kupikir, bertanya demikian. Dan bagiku, faktor utama "rendahnya kualitas" patung ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan pendalaman nilai-nilai budaya yang dialami oleh sang Pematung.
Misalkan saja pada soal passappu, mereka yang mengerti soal kebudayaan Makassar mengerti bahwa passappu seharusnya tegak di atas kepala, dia tak boleh layu. Soal passappu ini, sebagaimana disaksikan oleh seorang teman, bahwa benda ini bukanlah "barang" yang bisa dimiliki oleh semua orang, dan penggunaannya juga tidak setiap hari, dia bagaikan mahkota bagi seorang raja sebagaimana kita mengetahuinya dari banyak cerita.
Persoalan kesan atau ekspresi atau apalah, saya bukan pengamat seni jadi saya mengatakan semampu kata-kata saya saja yah, juga tidak menunjukkan bahwa dia adalah sesosok Karaeng kerajaan Gowa. Perlu kusampaikan, bahwa Tome Pires yang menuliskan banyak catatan perjalanan sewaktu berlabuh ke Makassar menulis bahwa, bentuk tubuh orang Makassar sedikit langsing, berotot, dan berkulit lebih cerah dari kulit orang Melayu atau Jawa. Mereka mempunya watak yang keras dibandingkan dengan anggota-anggota lain dari rumpun Melayu (Mattulada, 1982). Nah, seharusnya ciri ini terkesan dari patung, tidak malah kegemukan dan cebol, atau sebenarnya tidak gemuk, namun tubuhnya yang pendek, sehingga desain tubuhnya seperti tertarik ke samping.
PatungSultan Hasanuddin di depan bandara (foto: fitrah) |
Beberapa teman di grup facebook Makassar berkomentar kalau patung ini dihancurkan saja dan diganti dengan yang baru, beberapa komentar yang kontra sepertinya menarik dibaca disana. Hehehe, bagi saya pribadi, walaupun saya lebih mengenal Luna Maya dibandingkan Sultan Hasanuddin, kesan "ngerinya" perjuangan mereka melawan Belanda membuatku ikut geram.
Namun, geram itu tak seberapa sebenarnya, jika pandangan saya dihadapkan pada kenyataan bahwa kecintaan kita pada pahlawan, seorang Raja yang agung, sangat tidak jelas!. Bayangkan, apakah saat melihat patung itu (bagi yang pernah melihat secara langsung ataupun melalui foto), anda bisa langsung mengenali bahwa dia adalah sosok Sultan Hasanuddin? atau anda hanya mengira-ngira bahwa itu sosoknya?.
Pertanyaannya, apakah patung itu benar Sultan Hasanuddin, atau seorang pemimpin di daerah Maros pada jaman dulu, entah dalam sejarah yang mana. Yang jelas, saya tidak mengenal sosok yang diacu oleh patung itu. Bukan Sultan Hasanuddin, Jawabku !!!
8 komentar:
Samaji Kak.. Saya juga nda suka skali itu patung.. Kayak cebolki
Dari dulu orang selalu susah untuk menginterpretasikan profil Sultan Hasanuddin alias nggak pernah sukses. Kenapa yah..
wow, kalimat terakhirnya sangat menyentak. jadi sebaiknya gimana? ganti saja patungnya? hehehe
@daengsituru :: tergantung itu patung menirusosoknya siapa .. hehhe
@apelbatu :: kl soal gak pernah sukses, sy gak tw tuh, br kali ini memperhatikan patung, biasanya asal liat gayanya doang...
@indobrad :: ndak usah diganti, kecuali niatnya itu patung untuk menjelaskan sosok sultan hasanuddin, begitu menurutku :D
kl sy, piss saja, toh itu bukan patung sosok Sultan Hasanuddin, dan mungkin bukan sosok sultan hasanuddin yg mw dipajang disitu..
Belum lihat langsung. Tapi jika mengacu kepada foto yg dipajang di atas, memang bukan Sultan Hasanuddin. Seandainya sebuah kuis menanyakan siapakah tokoh yg dimaksud oleg gambar berikut,kemudian memperlihatkan gambar di atas, saya pikir jawabannya..hmm, siapa ya,kayak kenal, tapi kok..ga mirip..
iye'... menurutku juga kurang 'macho' wajahnya Sultan Hasanuddin...
lebih 'macho' yang di lukisan pahlawan nasional yang ditempel di dinding2 kelas zaman sekolah dulu...
:-(
iyaya, ngak ada kemiripan, saya sering lewat di sungguminasa, nah disana ada patung Sultan Hasanuddin yang benar2 karakter Sultan Hasanuddin, Berwibawa, dan garang, andaikan saja Sultan Hasanuddin masih hidup, itu patung di depan bandara sudah dibuat abon2 tanah, kalau melihat patung di atas, saya teringat dengan teman saya yang sering nongkrong di pelelangan ikan paotere, jangan2 ny*m@n pernah mancing di sana, hehehe
@dentaq ::: hahaha, coba sekali-kali harus ada kuis tebak wajah pahlawan.. Sultan Hasanuddin mungkin ndak dikenal oleh orang indonesia kecuali orang sulawesi ... :o
@aineblume :: yah begitulah, si pelukisnya kurang menjiwai sosokya .. #mungkinlagi
@Daeng Oprek : jadi abon2 pun tidak enak ... hihihihi
Post a Comment
Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)