Saturday, January 16, 2010

Representasi Peristiwa dalam Berita Menurut Theo van Leeuwen

Membicarakan sebuah makna tersirat dari sebuah berita tidak lepas dari bagaimana sebuah teks hadir atau dihadirkan menjadi sebuah kalimat. Pada berita cetak, suatu berita yang telah diamati oleh seorang wartawan kemudian direpresetasikan kedalam teks berita, dalam proses representasi berita yang berbentuk suatu kejadian tertentu menjadi susunan teks, dapat diperhatikan bagaimana seorang wartawan menyampaikan sebuah kenyataan, pembaca berita dapat memperhaikan bagaimana suatu kelompok mendominasi wacana dalam berita tersebut.

Mendominasi wacana yang dimaksudkan adalah, adanya kekuatan yang dimiliki oleh sebuah kelompok untuk memegang kendali penafsiran pembaca dari sebuah berita. Dominasi yang terjadi dalam teks berita berbentuk sebuah pencitraan media terhadap pelaku dan korban dalam sebuah berita. Misalnya, kaum buruh, tani, pengemis, anak jalanan adalah golongan yang mmeresahkan masyarakat. Atau demonstrasi mahasiswa yang marak bisa menjadi contoh, bahwa mahasiswa dihadirkan dengan image bahwa mereka adalah kelompok yang anarkis, sering merusak dan senang membuat rusuh. Segala bentuk pencitraan seperti itu dilakukan hanya dengan merepresentasikan suatu kejadiaan yang benar terjadi menjadi susunan teks dengan pilihan kata dan bentuk kalimat.
Dalam Analisis Wacana, Eriyanto menyampaikan bahwa salah satu agen terpenting dalam mendefinisikan kelompok adalah media. Lewat pemberitaan yang terus menerus disebarkan, media secara tidak langsung membentuk pemahaman dan kesadaran di kepaala khalayak mengenai sesuatu. Wacana yang dibuat oleh media itu bisa jadi melegitimasi suatu hal atau kelompok dan mendelegitimasi atau memarginalkan kelompok lain. Kita seringkali merasa adanya ketidak adilan dalam berita mengenai pemerkosaan terhadap wanita. Bagaimana pihak yang menjadi korban ini digambarkan secara buruk, sehingga khalayak tidak bersimpati dan justru lebih bersimpati kepada laki-laki yang menjadi pelaku.

Dalam kasus seperti ini, bahwa berita di media menyampaikan sebuah wacana tertentu. Theo van Leeuwen memperkenalkan sebuah model dalam analisis wacana, model analisis tersebut untuk mendeteksi atau mengetahui bagaimana sebuah kelompok hadir sebagai kelompok yang dimarginalkan.

Secara umum, analisis van Leeuwen menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor (perorangan atau kelompok) ditampilkan dalam pemberitaan. Menurutnya, terdapat dua titik focus perhatian. Pertama, proses pengeluaran (exclusion) yaitu apakah dalam suatu teks berita ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan, yang dimaksudkan dengan pengeluaran seseorang atau aktor dalam pemberitaan adalah, perilaku menghilangkan atau menyamarkan pelaku/aktor dalam berita, sehingga dalam berita korbanlah yang menjadi peerhatian berita.

Proses pengeluaran ini secara tidak langsunng bisa mengubah pemahaman khalayak akan suatu isu dan melegitimasi posisi pemahaman tertentu. Katakanlah dalam berita mengenai “demonstrasi mahasiswa yang berlangsung ricuh sehingga polisi melepaskan tembakan, akhirnya seorang mahasiswa tewas karena tertembak”. Dari kejadian demonstrasi mahasiswa di atas, apakah pemberitaan kemudian mengeluarkan polisi dari pemberitaan, sehingga korban penembakan yang ditonjolkan dalam suatu berita, sehingga kesan yang hadir kemudian bahwa mahasiswa yang melakukan demonstrasi pantas mendapatkan tembakan hingga tewas.

Kedua adalah proses pemasukan (inclusion). Proses ini adalah lawan dari proses exclusion, proses ini berhubungan dengan pertanyaan bagaimana seseorang atau kelompok aktor dalam suatu kejadian dimassukkan atau direpresentasikan ke dalam sebuah berita. Baik exclusion maupun inclision, terdapat sebuah strategi wacana. Dengan menggunakan kata, kalimat, informasi atau susunan bentuk kalimat tertentu, cara bercerita tertentu, masing-masing kelompok dirempresentasikan ke dalam sebuah teks. Pada pembahasan selanjutnya. Akan dijelaskan lebih detai tentang bagaimana pola kerja exclusion dan inclusion dalam representasi aktor dalam berita.

Sumber: Analisis Wacana (cetakan II Februari 2009), Eriyanto.

1 komentar:

ana' Geology said...

Media sekarang telah menjadi wadah doktrin untuk masyarakat, diatur untuk mengatur mind set masyarakat, wacana yang diangkat disusun dan difikirkan terlebih dahulu agar masyarakat mau berkata Iya dan tidak menurut kehendak media, kegemaran masyarakat indonesia akan hal baru akan dimanfaatkan jadi strategi pemasaran terbaru untuk orang awam, positif dan negatif media terukur dari wawasan pembaca/konsumen,
Blognya mantap bro

Post a Comment

Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)

 

Alternative Road Copyright © 2012 -- Template was edited by Cheng Prudjung -- Powered by Blogger