Sunday, November 20, 2011

Cakrawala IKAMI Sulsel Cabang Malang

 Ikami sulsel cabang Malang
Suasana pertikaian Ikami sulsel cabang Malang | perang buta-buta
Kulihat di mata mereka sikap curiga yang kuat, pandangan berpasang bola mata itu sibuk menelusuri gerak-gerik lawan, satu sama lainnya. Memang ada senyum, ada yang tertawa, tapi itu bukan senyum dan tawa kedamaian, satu kelompok meremehkan kelompok lainnya, saling memperlihatkan taring dan urat leher. Pertengkaran besar sebentar lagi terjadi.

Dua kelompok ini awalnya mudah diidentifikasi, kelompok pertama mengenakan baju putih, dan sisanya berkaos hitam. Keduanya masih menahan langkah untuk saling mendekat hingga sesuatu memaksa mereka untuk berbaur, tentu untuk sementara waktu saja. Ketika aturan demi aturan diterapkan, kedua kelompok makin susah dikenali, siapa yang berpihak siapa. Karena ada beberapa orang yang berkaos hitam bergabung dengan manusia berwajah garang, beberapa diantara mereka berwujud lain, badan menyerupai raksasa, rambut seperti kawat berduri yang dililitkan di kepala, ada juga yang ukuran kepalanya memang besar sehingga mengerikan untuk dipandang.

Di kelompok lainnya, para manusia kerdil dengan ekspresi malu-malu tapi ternyata beringas, juga telah dibauri oleh beberapa orang yang berkaos putih, mereka hanya diam, menaksir seberapa parah perseteruan akan terjadi. Tinggal menunggu waktu.

Untung saja masih ada yang menengahi mereka, namun sebenarnya si penengah ini tidak dihiraukan, mereka tetap menuntut untuk saling berseteru, dari kelompok yang akan siap menyerang dari sebelah selatan mulai berteriak; “Bahasa vulgarmi saja!”. Sementara di sisi lain hanya berjaga-jaga, sisanya sibuk mempersiapkan SENJATA!!!.

“Serbuuuuu !!!!!”.

Seketika, dunia semrawut, mereka yang tak ikut dalam perseteruan hanya berdiri, tersenyum, tertawa bahkan mulai ikut memanasi, memberika saran siapa yang harus dihajar habis-habisan. “Oeee, kafy, kafy!!”. Tak ada kata damai, bahkan kata damai memang hanya sebuah imaji, dia hanya terwujud dalam dunia bayang-bayang, dimana para penghayal dan penulis berkumpul dan memimpikan hidup sentosa bersama-sama.

Itulah IKAMI Sulsel cabang Malang, hancur lebur hari itu. setiap kata-kata yang keluar adalah provokasi, mereka yang masih ragu menyerang, memaksakan keberanian dengan menyeru, “Allahu Akbar!!!”, dan melepaskan lemparan, entah mengenai siapa. Pertikaian semakin kacau, ketika lemparan demi lemparan sudah tak mengenal lagi sopan-santun. Penonton yang nota benenya adalah senior organisasi pun ikut-ikutan kena imbas.

Saat Brek terkena lemparan di kepala, dia lari sekuat tenaga, menyelamatkan sisa kepala yang masih selamat. Senior lainnya ikut terhambur setelah mengerti bahwa ini bukanlah pertarungan antara pengurus dan anggota baru IKAMI Sulsel cabang Malang. Ini adalah pertarungan buta, dimana hukum rimba adalah dasarnya. Saat seorang yang berkaos hitam memasuki kerumunaan di teras gedung penginapan, kedua tangannya yang telah siap melontarkan 2 timba, tiba-tiba menyerang kesamping kiri dan kanannya, entah dia sadar atau tidak, dia menyerang kawan sendiri.

Fatwa, bertindak sebagai jurnalis sebuah stasiun televisi pada perhelatan itu (Irul dan Darno sebagai Fotografer), pun tak dapat terus tersenyum dengan pikiran bahwa dia akan tetap selamat. Handycamnya nyaris rusak, spontan dia menyeru marah, “Oeee, wartawan anne!!”, sambil melontar bahasa kotor yang tak lagi makan perasaan dalam pertikaian itu, karena kata  apapun yang keluar dari mulut, adalah bahasa kotor hari itu. Beberapa saat, massa sedikit melunak, garis batas antara keduanya mulai melebar, hanya satu per satu saja yang berani maju, melempar dan berlari sekencang kambing kembali ke markasnya.

Ternyata ada yang tersandra. Ammang. Tertangkapnya makhluk ini, membuat kekuatan pihak lain semakin berkurang, sementara kelompok massa yang berhasil memenjarakan Ammang di dalam kamar semakin bersemangat, sisa satu monster yang harus ditaklukkan, setelah itu kekuatan lawan mereka akan benar-benar lumpuh. Namun, sebelum selesai berfikir begitu, monster yang dimaksud telah menyerang, membabi-buta dengan beberapa pengawal di belakangnya, pertarungan jarak dekat terjadi, semakin memperparah. Monster berkepala besar mendekap pemimpin kelompok lawannya, spontan pengawalnya menghajar si kafy habis-habisan, tak mampu mengelak, tenaganya tak menggoyahkan pelukan si monster pada tubuhnya, hingga dia menyerukan aba-aba, “Serang adam, serang adam!!!”, barulah segerombolan massa, entah berapa banyak jumlahnya, keluar dari kamar penginapan tempat persembunyian mereka dengan mengejutkan, membabi buta sambil berteriak kesetanan, mereka MENGAMUK!!!. Seorang juru selamat yang berniat mendamaikan, Komeng, juga menjadi korban amukan massa, kemeja hitam yang dikenakannya memperparah keadaan karena dia dianggap peserta dalam pertikaian itu.

Lepas dari pertarungan di depan markas pasukan Kafy, dimana Ammang ditawan. Kafy membangun kembali sisa kekuataannya, para cewek-cewek yang awalnya bersikap manis, kini tampil di barisan kedua, dibelakang jendral perang mereka, gak tau siapa namanya, dan berseru; “Ayo’mi kita serang saja!”. Sementara pertahanan lawan mereka terlihat rapuh, hanya masyarakat sipil yang tampak sedang beristirahat dengan santai diatas bale-bale yang sejuk. Namun, pertarungan tidak sesederhana apa yang dibayangkan, para petarung pihak lawan yang diserbu ternyata bersembunyi dan bersiap menyambut tamu mereka, pertarungan paling kacau terjadi, tak jelas apa maksudnya, tak ada yang bertanya mereka mempertikaikan apa, tak ada yang menggunakan pikiran mereka bahwa ternyata mereka adalah keluarga, hidup dalam satu rumah IKAMI Sulsel yang terletak di Malang.

Tawa sana-sini terdengar, mereka seperti orang gila, tak ada yang menangisi korban, bahkan seorang yang hampir meregang nyawa, Iker, akibat ancaman pendaraahan di kepala dan lumpuh total membayanginya, entah ulah siapa, dia benar-benar tidak menyangka sebuah baskom besar melayang dari belakang dan menciderai kepalanya, dia terkapar beberapa saat, dan yang lain tertawa terbahak sambil menunjuk tubuhnya yang berusaha menyadarkan diri sendiri.

Inilah cakrawala IKAMI Sulsel cabang Malang, hari itu awan-awan pengetahuan yang memperindah langit dalam kepala mereka berubah mendung, mengirim halilintar di tengah siang yang terik tanpa awan. Tak ada yang menatap langit, menikmati cakrawala siang karya maha pencipta. Mereka sibut (eh salah, sibuk) dengan langit kepala masing-masing, segala pengetahuan, kebudayaan, dan akal pikiran seperti lari mendengar sangkakala “Serbu!!!!!!” yang tadinya memulai pertikaian.

Itulah cakrawala IKAMI Sulsel cabang Malang, dimana pertarungan adalah candaan, korban adalah bahan tawa, dan ejek-mengejek adalah pekerjaan utama. Di rumah IKAMI Sulsel, jika ada yang pernah bertamu, tak pernah menemui kejadian baru seperti ini. Hari ini, cakrawala itu betul-betul tampak telanjang, menunjunkkan bagaimana IKAMI Sulsel cabang Malang yang sesungguhnya, sebenar-benarnya sungguh, dalam kepastikan kata-kata yang kutuliskan dengan kepala yang sehat, dengan penuh kesadaran, bahwa IKAMI Sulsel ini adalah kumpulan para monster yang menjadikan pertikaian sebagai pengerat persahabatan, sehingga cakrawala yang gelap di tanah perantauan, tidak menyurutkan semangat untuk meniti tangga prestasi sebagai tiket pesawat pulang kampung.

Inilah kami wahai Indonesia !!!

Dokumentasi pertikaian..

Serangan besar-besaran:



Awal mula saling menyerang, ketua Ikami sulsel paling garang di serangan awal.


Serangan balasan:
Lasandro tampak melempar dengan penuh emosi.


Ammang yang GARANG, menyerang tanpa pandang bulu.




Adu fisik:
Adamry dan Kafy diserang oleh kawan dan lawan.

Komeng pun jadi korban, < kayak main kereta api, tapi lagi hujan >


Wajah para jendral perang:
Taslim Rahman dan Adamry Muis mewakili kubu masing-masing

Akmaluddin alias Ammang, sangar seperti RAMANG !!!

Asdar Auriga Cs, sang Jendral perang murah senyum, gilamamokah???


___________________________________________________________
Note;
Jangan lupa LIKE dulu tulisan ini setelah dibaca, menyarankan tulisan ini ke yang lain, tekan tombol SARANKAN di bawah ini.
Sebelum meninggalkan blog ku, klik dong iklan yang di atasnya judul itu loh ... 1 mo saja ... #asekkkkk
Dalam pertikaian ini, Mas Darno mengalami kerugian yang cukup serius, kamera poket yang digunakan untuk memotret dan nantinya akan dipublikasikan di media cetaknya (demi sesuap nasi) rusak parah, hingga beberapa jam setelah kejadian, kamera poket pinjaman tersebut belum juga dapat digunakan selain untuk mengganjal pintu kontrakan. Mari berdoa semoga kameranya kembali normal. Amin!

5 komentar:

daengoprek said...

hahaha, sepertinya ini merayakan hari ulang tahun ya, lemparan "senjata" yang empuk, jadi ceritanya ini BASAMAMI, heheehee...seru juga ya..., bagaimana kalau usul nih, lain kali senjatanya memakai uang kertas saja, pasti lebih seru, hehehe

cheng prudjung said...

Bukan ulang tahun daeng oprek, ini perang, games terakhir di outbond acaranya teman2 ikami, sengaja dipraktekkan perang antar mahasiswa.. hahaha ... usulta boleh juga itu baku lempar duit, nanti sy jurinya, hahahaha . . .

Kafy said...

Saya Suka Atmosfer Ini...
kan selalu kita kenang...
terima kasih penulis akan PRESS RELEASE nya

fulkialola said...

Suasana ini yang menyambut kami sebagai anggota baru yang akan di goreng 4 tahun lalu.

fulkialola said...

Suasana ini yang menyambut kami sebagai anggota baru yang akan di goreng 4 tahun lalu.

Post a Comment

Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)

 

Alternative Road Copyright © 2012 -- Template was edited by Cheng Prudjung -- Powered by Blogger