Saturday, September 27, 2008

Analisis Isi Berita Media Cetak Kampanye Presiden Mengenai Lingkungan

Tak seperti media massa elektronik, yang beritanya berpacu dengan durasi. Media cetak lebih kompromi dengan halaman. Alhasil pemberitaannya lebih detil dan “dalam” ketimbang media massa elektronik semisal televisi.
Sepanjang 1 Juni hingga 1 Juli 2004, analisis diarahkan pada lima surat kabar yang seluruhnya terbit di Jakarta, dengan oplah yang tinggi. Lima surat kabar itu adalah Rakyat Merdeka, Kompas, Republika, Media Indonesia, dan Suara Pembaruan. Sepanjang periode kampanye, terdapat 19 berita mengenai kampanye yang mengangkat tema lingkungan.
Suara Pembaruan dan Kompas terbanyak dalam memberitakan kampanye atau program capres-cawapres mengenai lingkungan. Namun dibanding isu-isu lainnya, persoalan lingkungan seolah tenggelam di sela-sela hiruk-pikuk kampanye.
Kampanye bertema lingkungan selain minim diberitakan, tak pernah menjadi agenda media yang utama. Pada umumnya berita yang menjadi agenda media terletak di halaman depan sebagai headline atau menempati kapling tertentu, semisal kanan bawah atau tempat di mana berita itu diberi kapling khusus yang mencitrakan ekslusif. Atau berita itu memiliki spesifikasi khusus, yang disesuaikan dengan event tertentu, Pemilu presiden misalnya.
Sepanjang 1 Juni-1 Juli 2004, Rakyat Merdeka, Kompas, dan Suara Pembaruan menempatkan kampanye presiden bertema lingkungan pada halaman muka. Kompas, Republika, dan Media Indonesia menempatkan berita tersebut dalam rubrik khusus Pemilu presiden (Selengkapnya simak tabel 1).
Akan tetapi penempatan di halaman muka belum pasti pula menjadi prioritas pemberitaan. Headline atau rubrik khusus dapat menjadi acuan. Sedangkan berita yang berada di halaman dalam memang bukan menjadi agenda utama media, namun berita halaman dalam yang ditempatkan dalam halaman khusus, menunjukkan adanya kebijakan khusus di dapur redaksi. Penempatannya sangat disesuaikan dengan kebijakan media dan agenda media. (Lihat Tabel 10. Penempatan Halaman Berita Lingkungan Hidup dalam Kampanye Pemilihan Presiden di Suratkabar, 1 Juni-1 Juli 2004)
Sepanjang masa kampanye tak terdapat berita headline mengenai kampanye bertema lingkungan. Namun terdapat 3 berita yang ditempatkan di halaman muka. Berita tersebut memberitakan Hasyim Muzadi, cawapres dari PDIP, yang menemui Da’i Bachtiar (Rakyat Merdeka, Hasyim Numpang Tanya ke Kapolri, 22/06/04). Tak banyak yang dikorek Rakyat Merdeka, harian ini tampaknya hanya menduga-duga kedatangan Hamzah adalah sekedar lobi politik, sebab permintaannya mengenai pengadilan para pelaku peristiwa 27 Juli belum juga mendapat tanggapan. Berita inipun tak banyak bercerita mengenai lingkungan, hanya menyebut Da’i banyak menerima masukan mengenai illegal logging. Rakyat Merdeka tak merincinya lebih jauh.
Berita kunjungan Hasyim Muzadi ke Kapolri dan Jaksa Agung ini diberitakan pula oleh Suara Pembaruan pada halaman muka (Suara Pembaruan, Hasyim Temui Kapolri dan Jaksa Agung, 21/06/04). Sebagai harian sore, tentu Suara Pembaruan lebih cepat memberitakannya ketimbang media lain. Namun kemasannya sangat berbeda dengan Rakyat Merdeka. Berita ini tak banyak menduga atau memaasukkan opini ke dalam berita.
Berita ini diberitakan Kompas (23/06/04) di halaman dalam dengan judul Hasyim Temui Kepala Polri dan Jaksa Agung. Meski memiliki rentang dua hari dari pemberitaan Suara Pembaruan, tak ada fakta baru dalam pemberitaan Kompas pada peristiwa yang sama ini. Penjelasan mengenai seputar masalah illegal logging pun tak terdapat di dalamnya.
Sama halnya pemberitaan mengenai profil Amien Rais, Kompas lebih menonjolkan profil Amien Rais, yang menempatkan pemberantasan pencurian kayu hutan sebagai salah satu program pokok, (Kompas, Amien Rais: Reformasi Belum Selesai, 04/06/04). Kompas tak menggali lebih lanjut bagaimana program itu akan dilakukan.
Di antara 3 berita tersebut, tak satupun yang memberikan informasi bagaimana capres-cawapres mengeluarkan kebijakan atau mengkritisi fenomena kerusakan lingkungan. Terutama mengenai maraknya illegal logging. Simak pemberitaan Rakyat Merdeka (22/06/04):
Menanggapi pertemuan dengan cawapres PDIP itu, Kapolri Jenderal Da’i Bachtiar membenarkan menerima masukan seputar penanganan kasus korupsi, penyelundupan (illegal logging, red), dan terorisme……….
Sumber: Rakyat Merdeka, (22/06/04)
Di antara 19 berita tersebut, 12 di antaranya diliput di Jakarta, sedangkan liputan berita di daerah sebanyak 7 berita. Liputan di daerah, pada umumnya dilakukan media massa cetak saat capres-cawapres melakukan kampanye di daerah. Seperti yang dilakukan Amien Rais dan Siswono, yang berkampanye di GOR Segiri, Samarinda, Kalimantan Timur, (Republik, Amien Akan Perbaiki, Empat Sendi Demokrasi, 06/06/04).
Amien memaparkan konsep empat sendi demokrasi sebagai demokrasi sosial, ekonomi, hukum, dan pendidikan. Mengenai masalah kehutanan, Siswono hanya mengomentari adanya penggundulan hutan, namun para pekerja di perusahaan kayu lapis kesejahteraannya tak kunjung meningkat.
Kampanye Amien dan Siswono itu diberitakan Media Indoneisa (06/06/04), judul maupun isinya tak terlampau berbeda. Media Indonesia mengangkat judul Amien-Siswono Janji Perbaiki Sendi Demokrasi. Mengenai isu lingkungan yang diberitakan harian ini, hanya menyoroti persoalan, bukan pemecahan masalah.
Kampanye Megawati di Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Yogyakarta, dan Jawa Timur, dirangkum Kompas (18/06/04) dalam judul Enaknya Menjadi “Incumbent”. Saat di Kupang, Mega menyarankan pentingnya budi daya kayu cendana dan gaharu, yang menurutnya kualitasnya pernah nomor satu di abad 18. Namun mutu kayu cendana Nusa Tenggara Timur saat ini terus menurun. Saat di Yogyakarta, Mega juga mengingatkan pentingnya moratorium hutan. Dalam arti memberi waktu hutan bernafas dengan jalan tak ditebangi.
Apa yang dilakukan Wiranto berbeda dengan kandidat presiden lainnya. Dia atraktif membagi-bagikan masker, saat berkampanye di Riau. Peristiwa itu diangkat Media Indonesia (28/06/04) dengan judul Peduli Musibah Asap Wianto Bagi Masker. Namun ketika ditanya komentarnya mengenai asap, jawaban Wiranto sangat klise:
Menurut dia, apabila pemimpin memiliki pengetahuan terhadap suatu masalah, maka dia aan mempunyai kepedulian termasuk kepada lingkngan hidup seperti pembakaran hutan…………….
Sumber: Media Indonesia (28/06/04)
Wiranto dalam hal ini tak menetapkan program ataupun memberi jalan keluar terhadap musibah asap yang nyaris tiap tahun melanda Riau. Pernyataannya terbilang klise, tanpa program mengenai lingkungan yang jelas.

Tulisan ini disunting dar: http://www.isai.or.id/?q=node/24

0 komentar:

Post a Comment

Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)

 

Alternative Road Copyright © 2012 -- Template was edited by Cheng Prudjung -- Powered by Blogger