Sunday, September 28, 2008

Ramadhan Sebagai Media Mengintip Kemanuisaan Kita

(sudah manusiakah kita?)
Oleh; cheng pRudjung

Membincang persoalan manusia bukanlah suatu persoalan yang mudah dan baru, perdebatan tentang manusia selalu tidak kering dari berbagai hujan pendapat. Sehubungan dengan kehadiran manusia di dunia ini, tidaklah luput dari ruang kesadaran kita bagaimana Allah SWT “berdiskusi” degan malaikat perihal penciptaan manusia (Khalifatu fi al Ard), pada saat itu malaikat menyampaikan tanggapan bahwa manusia hanya akan menjadi perusak dimuka bumi. (selengkapnya baca Q.S Al baqarah Ayat 30)
Namun, Allah SWT maha mengetahui perihal penciptaan tersebut. Dan terciptalah Adam dan Hawa. Terlepas dari ayat dalam al_Qur’an tersebut, teori Darwinisme yang kita kenal sejak SMP menegaskan bahwa, alam semesta tercipta akibat evolusi yang terjadi selama ribuan abad lamanya, dan manusia mengalami evolusi tersebut, dimana manusia adalah hasil evolusi dari kera. Betulkah?
Harun Yahya membantah teori Darwin ini, penemuan ilmiah oleh para scientology menjelaskan bahwa dalam tubuh manusia terdapat ribuan sel yang bekerja secara mandiri dan terstruktur, kemudian bantahan terhadap Darwinisme adalah, apakah mungkin manusia yang terdiri dari ribuan sel yang bekerja sendiri dan terstruktur berasal dari hasil evolusi atau dalam artian, manusia hadir di bumi tanpa proses penciptaan melainkan kebetulan.
Maka, coba kita melirik proses kehadiran manusia yang oleh Darwin disebut kebetulan. Berarti perdebatan kita menyangkut takdir tentulah batal secara otomatis, karena apa yang kita lakukan dalam aktifitas keseharian kita tentunya adalah kebetulan belaka, diluar dari kemampuan manusia membuat perencaaan akan kehidupannya.
Berbeda dengan sejarahwan Arnold Toynbee dalam bukunya Sejarah Umat Manusia, ia menjelaskan bahwa manusia memiliki perangkat dalam dirinya yang berfungsi untuk menentukan langkah yang baik ataupun buruk (moral). Selain itu, Aristoteles mendefinisikan manusia sebagai zoon politicon atau hewan yang berfikir. Lalu pandangan atau definisi manusia menurut kita sendiri adalah apa?
Atau jangan sampai kita terjerumus dalam kenaifan yang sempurna dengan tidak mengetahui siapakah manusia itu, siapakan kita?
Ketidak-tahuan kita akan potensi dan esensi manusia itulah yang saya sebut sebagai kenaifan yang sempurna, karena penciptaan kita sebagai seorang manusia tidak kita ikuti latar belakangnya, kenapa manusia diciptakan dan apa yang harus dilakukan manusia, sehingga dengan santai kita menerima kehidupan ini apa adanya. Parahnya lagi, ketika kehidupan kita tidak berjalan sesuai nilai kemanusiaan kita, melainkan kepentingan pihak lain yang sampai sekarang saya namakan ideology. Tepatnya adalah penjajahan ideology yang oleh Gramsci disebut hegemoni.
Demikianlah kenaifan manusia. Berbagai aktifitas dilakukan oleh manusia, namun pertanyaannya apakah kita menyadari itu semua?, tentunya kesadaran tersebut berangkat dari realitas kehidupan kita dan realitas hari ini adalah, bahwa kita adalah manusia (khalifah fil Ard).
Saya mencoba mengangkat sebuah firman Allah berbunyi “Wamaa Khalaktu al jinna wa al ins illa liya’buduun” yang artinya, sungguhlah tidak Kuciptakan (Allah) jin dan manusia untuk beribadah kepada-Ku.
Demikian, disampaikan bahwa tugas kita sebagai manusia adalah beribadah kepada sang Khalik (Allah). Namun dalam proses peribadatan manusia, ada wilayah yang menarik untuk kita “intip”, contohlah ibadah di bulan Ramadhan yang kita jalankan, apakah kita melakukan ibadah puasa karena kita manusia, ataukah karena kenaifan kita sebagai makhluk Allah (ikut-ikutan).
Olehnya itu, dengan sederhana, wacana yang ditawarkan ini harus diteruskan oleh akal yang bersemayam dalam kepala masing-masing manusia, dalam artian bahwa, inilah wilayah refleksi yang harus kita lakukan dengan kesadaran bahwa, sebanyak dan sejauh kita beribadah, apakah gunanya ibadah tersebut bagi kemanusiaan kita secara independen bukan sebagai makhluk tuhan.
Maksud saya adalah, begitu rajin atau begitu tajam pisau kritik kita persoalan agama (ibadah) namun selain keuntungan mendapatkan amal ganjaran dari Allah, apakah kita mendapatkan keuntungan lain seperti penguatan identitas kemanusiaan kita.
Saya ingin mengatkan bahwa, sesungguhnya manusia yang menjalankan ibadah diluar kesadaran mereka tidaklah hidup (hidup dalam artian esensinya) melainkan hanya menjadi alat tuhan yang dibodoh-bodohi dengan perintah untuk beribadah. Kita sujud, kita ruku dan kita bersedekah atau berpuasa semisal, bukan karena kita manusia melainkan karena kita adalah ciptaan tuhan yang ditakdirkan untuk beribadah. Jadi yang menggerakkan tangan kita untuk takbir atau menggerakkan punggung kita untuk ruku atau sujud, bukanlah kita sebagai manusia melainkan tuhan kita sendiri, seperti inilah paham teologi yang dianut oleh aliran Qadariah.
Inilah yang saya maksudkan, bahwa ibadah kita harus berangkat dari kesadaran bahwa kita adalah manusia, sebelumnya saya ingin menyampaikan pemaknaan Paulo Freire tentang kesadaran, yaitu kedalaman pengetahuan manusia akan realitas yang meliputi objektifitas maupun subjektifitas. Artinya bahwa, kesadaran itu adalah bagaimana kita mengenali suatu keadaan sekenal-kenalnya, tidak hanya kenal kulitnya saja. Contonya, kita harus mengenali manusia sedalam mungkin maknanya dan objektif serta subjektifnya, tidak mengenali manusia sekadar makhluk hidup belaka yang harus tunduk atau patuh kepada penciptanya, atau definisi manusia dalam ilmu alam yaitu, makhluk hidup yang bernafas, berkembang biak, bergerak dsb.
Namun, pendapat saya ini hanyalah sebatas buah dari fikiran saya, dan tentunya saya sadar akan kapasitas saya sebagai seorang manusia yang mencoba untuk memanusiakan diri saya. Karena menurut Paulo Freire, manusia bukanlah sesuatu jadi (be) melainkan kata kerja yang mejelaskan suatu prose yaitu proses menjadi (becoming process) seorang manusia.
Segala kekurangan datang dari diri saya dan kelebihan itu dari kemampuan kawan-kawan memaknai saya sebagai seorang manusia yang mencoba untuk berdialog guna semakin memantapkan kemanusiaan saya dan kita sekalian.
Ucapan terima kasih saya haturkan atas perhatian kawan-kawan sekalian

Demi Pena dan Segala Yang Ditulisakannya
artikel ini dapat dilihat juga pada;
www.chengprujung.co.nr
___________________________________
tengkiu

0 komentar:

Post a Comment

Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)

 

Alternative Road Copyright © 2012 -- Template was edited by Cheng Prudjung -- Powered by Blogger