Saturday, October 15, 2011

Bunuh Diri; Ketika Pribadi Tak Kuat Merangkum Masalah

"Kuat! Kuatlah menjalani hidup ini".
Tak ada kutipan (quotation) yang kudapatkan dengan bunyi seperti itu, padahal aku menginginkannya, aku membutuhkannya agar aku tahu bahwa ada orang yang sadar bahwa kehidupan ini berat, penuh tantangan dan tidak selalu menyenangkan.

Saya tidak mau mengutipnya untuk diriku sendiri, terlalu naif, hidup ini terlalu sepi, tak ada orang lain yang memiliki "sambungrasa kemanusiaan".

Malam ini, tubuhku terasa lemas, kedua batang kakiku tergeletak layu. Keinginanku menjauh dari rumah sangat besar, namun tubuhku berkata lain. Berkali-kali kuhela nafas panjang, kuperdengarkan lenguhannya pada dinding kamar tak berperasaan. Kuhisap sebatang rokok, aku semakin payah.

Kelelahan yang dialami tubuhku sebenarnya tak seberapa berpengaruh dibandingkan kelelahan otak yang mengolah segala masalah menjadi masalah besar. Memori "memperlihatkan" semua rangkuman masalah yang kuhadapi dan belum tuntas. Ingatkah teman-teman pada peribahasa, "Bersatu kita teguh ..."?. Seperti itulah yang terjadi di kepalaku, memori memfasilitasi persatuan masalah, hingga akhirnya mereka menjadi monster raksasa yang mematahkan semangatku.

Kudirikan sholat untuk mengharap ketenangan hati, namun entah si "mutmainnah" berlari dan tersesat dimana. Aku mengeluh dengan puluhan lenguhan.

Hidup ini berat, kataku dalam hati. Namun, berbeda jika kita jalani bersama orang lain. Itulah sebabnya aku membutuhkan seseorang yang menegaskan padaku, menyadarkanku bahwa hidup ini berat, agar kepalaku dapat "kusetel" untuk menghadapi gempuran permasalahan yang narsis di kepalaku.

Akan terasa sedikit ringan jika ada teman. Namun (sekali lagi), jika teman yang dipercaya ini yang juga menjadi sumber masalah, aishh entah ke arah mana dunia ini berputar. Kekiri atau ke kanan?

Biasanya, dengan kondisi seperti ini, masalah-masalah yang menggerogoti fikiranku dapat kuatasi dengan melepasnya satu per satu pada setiap nafas yang terbuang dari dadaku. Kali ini, aku seperti pecundang. Apakah ada waktu dimana diri kita tak bisa menangkal sistem-sistem yang berjalan di dalam diri kita?

Aku butuh teriakan, aku butuh perkelahian, aku butuh pukulan, aku butuh gelas pecah. Aku butuh sesuatu yang bingar, agar perhatianku pada kemacetan arus informasi di kepalaku dapat teralihkan. "Everybody need somebody".

1 komentar:

v3 said...

huahhhh...suka dg tulisan ini dan pernah berada pd kondisi yg sama hmmmm, that's life....n life must go on :)

Post a Comment

Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)

 

Alternative Road Copyright © 2012 -- Template was edited by Cheng Prudjung -- Powered by Blogger