Film Spiderman 3 sejatinya adalah film yang bertemakan tentang pencaharian jati diri. Berbagai simbol dapat diperhatikan untuk sampai pada statemen ini, apalagi jika memperhatikan bagian ending dari film ini, yaitu ketika Harry Osburn dimakamkan.
Untuk mendukung statemen di atas, beberapa adegan perlu diperhatikan, misalkan pada suatu acara pertunjukan dimana spiderman hadir saat penyerahan kunci kota, dalam acara tersebut, Gwen Stacy, anak dari kepala polisi kota yang ditolongnya saat akan jatuh dari lantai 62 di sebuah gedung pancakar langit.
Dalam adegan itu, warga New York yang berkumpul disana mendukung si Gwen Stacy untuk mencium spiderman. Kecuali seorang anak yang berkata “Tidak” dan terkesan merasa jijik ketika mereka berciuman.
Adegan ini menunjukkan makna eksistensialisme, dimana seseorang memilih berbeda di tengah orang-orang yang memilih hal yang sama.
Eksistensialisme yang dimaksudkan adalah, kesadaran seseorang dalam memilih sesuatu yang membuatnya “Eksis” atau hidup, tidak tergerus oleh arus sehingga keberadaannya di tengah masyarakat tidak berbeda. Sebenarnya, berbeda atau tidak bukanlah hal yang utama dalam eksistensialisme, yaitu kesadaran untuk memilih dalam hidup. Sehingga walaupun pilihan seseorang menuntunnya untuk hidup sebagaimana gaya hidup masyarakat, bukanlah hal yang keliru. Seseorang yang telah memilih jalan hidupnya sendiri tentu saja sadar akan dunia dimana dia bertaruh.
Selain adegan tersebut, pertengkaran Mary Jane dengan peter parker di sebuah restoran prancis di New York setelah aksi ciuman tersebut menunjukkan kebingungan dirinya. Menunjukkan pertanyaan yang menyinggung jati diri. “When you kiss her, who is kissing her? Spiderman or Peter?”.
Pertanyaan tersebut menarik untuk direfleksikan untuk kita, ketika kita melakukan suatu kebaikan ataupun keburukan, siapakah dia? Apakah diri kita atau “sesuatu” dalam diri kita yang bergerak diluar perintah tuannya.
Apakah kita sadar bahwa memilih menjadi seorang yang baik atau buruk adalah usaha menuju diri kita sebenarnya? Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, siapa saya?
Getaran eksistensialisme dalam film ini sangat kuat. Apalagi di akhir film, Peter memberikan argumentasi, bahwa : “Apapun yang menjadi penghalang, seberat apapun perang batin kita. Kita selalu punya pilihan.... Pilihan kitalah yang menjadikan diri kita. Dan kita selalu bisa memilih untuk melakukan yang benar”.
Pernahkan kita memanfaatkan kesempatan “memilih” selama ini? Mungkin Harry Osborn telah melakukannya, ketika pergelutan pribadinya memilih menyerang atau membela Spiderman dalam pertarungan hebat melawan dua musuh, Sandman dan Eddie yang menjelman menjadi person yang jahat setelah dikuasai oleh tentakel yang mencari inang.
Peter Parker pun telah memilih, ketika pergulatan hatinya sadar bahwa kostum hitamnya membuat dirinya tidak terkendali, over confidance sehingga kesan heroiknya tanggal. Perlu dikenali karakteristik tentakel yang merubah sikap Peter Parker, sesuai informasi dari dosen fisikanya, tentakel ini bersifat agresif, berusaha untuk mencari inang dan akan dikuasainya. Sifat tentakel ini dapat dibaca sebagai sebuah simbol, yakni simbol keserakahan, yaitu keinginan untuk menguasain orang lain, suatu kelompok maupun suatu komunitas masyarakat yang lebih besar. Serakah.
Tanpa perasaan, si tentakel tidak hanya menjarah tubuh inangnya, namun jiwanya pun dikuasai sehingga pusat “pemerintahan” dalam tubuh seseorang dikuasai olehnya. Kekuatan dari tentakel ini menjadi hal buruk yang membuatnya berpotensi merusak.
Selanjutnya, mari kita perhatikan lebih jelas lagi, bagaimana Peter melepaskan kostum hitamnya. Dia telah memilih untuk menjadi dirinya sendiri.
Ada banyak pelajaran yang patut ditimba dari film ini. Dalam pembicaraan kali ini, pencarian karakter atau jati diri menjadi kunci pokok. Wlalupun film ini adalah seri ketiga dari serial spiderman, yang awalnya diangkat dari komik marver puluhan tahun silam, pencaharian jati diri malah dimulai dari film ini. Pertanyaanya adalah, KENAPA?
Perlu diingat kembali, untuk memulai proses pencarian jati diri, atau proses menjadi (being), seseorang harus berada dalam kondisi dewasa, yaitu kondisi dimana akal dapat lebih diandalkan daripada dorongan raasa, kuasa keinginan dan tarikan/rangsangan eksternal yang mempengaruhi objektifitas memilih. Objektifitas memilih? Apa pula ini.
Dalam memilih sesuatu, pure atau holistisitas sangatlah dibutuhkan, akal tidak boleh dipengaruhi oleh hal lain. Misalnya pilihan kita untuk menggunakan kartu sim telkomsel dipengaruhi oleh kondisi dimana banyak teman yang menggunakannya, ata faktor iklan yang menjadikan sistem “rasa” dalam diri kita tergerak untuk memilihnya begitu saja, tanpa menimbangnya dengan baik dengan akal fikiran, dengan perhitungan matang.
Apakah seorang anak dapat membuat pilihan yang bagus? Tak perlu dijawab dengan tegas, perhatikan saja bagaimana anak-anak memenuhi kebutuhan hidupnya dengan panduan perasaan, menikmati es krim bukanlah pilihan sadar mereka, namun lebih pada dorongan imitatis karena melihat seorang anak di layar kaca menjilat puncak es krimnya dengan ekspresi begitu menikmati. Inilah soalnya mengapa kedewasaan dibutuhkan untuk sampai disana.
Akhirnya, Film Spiderman ini semoga dapat menuntun kita untuk berusaha menjadi seorang yang bekerja keras mengenali dirinya, berlatih membuat pilihan dalam hidup hingga mampu menentukan jalan hidup sendiri.
Seberapa berat pun pergolakan batin yang dialami, kita tetap selalu punya pilihan.
Sunday, October 16, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 komentar:
kren baged pembahasannya,, sayangx ga bisa saksikan langsung...
buat yg diatas, pake anonymous gpp. tp tetap tulis nama juga dong, by siapakek .. haha
"Selanjutnya, mari kita perhatikan lebih jelas lagi, bagaimana Peter melepaskan kostum hitamnya. Dia telah memilih untuk menjadi dirinya sendiri"
bnyak pesan di scene ini: tolong bahas dunkz
@gudang garam ::: terima kasi masukanta...
ulasan ini masih miskin sekali arena dibuat dengan kondisi mengejar deadline. ulasan lebih dal akan tampil selanjutnya.
ulasan ini merupakan materi bedah film, edisi selanjutnya, teman2 ak membedah aspek simbolknya. salah satunya, kenapa kostum spiderman warna merah-biru, adakah laba2 yg berwarna demikian???
yuk ikutan ...
Post a Comment
Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)