iPad yang kini hadir dalam dua generasi menggoda minatku, ceritanya kurang lebih seperti ini: Tadi malam saya menemui beberapa teman yang sedang menikmati suasana warung kopi Garasi. Salah seorang teman (Jaka) sedang asik dengan barang baru yang mengaburkan mataku. Karena dia duduk sambil menundukkan kepala, saya ikut menundukkan kepala untuk memeriksa wajahnya, apakah dia benar-benar Jaka?.
Dialah yang pertama memperkenalkan iPad kepadaku, gadget imut yang manis, sangat sensitif dan dalam (entah layarnya memiliki berapa bit warna). Saya mengambil posisi duduk tepat disebelahnya kemudian memaksanya meminjamkan gadget itu. Ratusan pertanyaan terlontar bagaimana menggunakan dan menikmatinya.
Ketika dalam genggamanku, beberapa kali tampilan layar yang landscape berubah menjadi portrait tanpa kusengaja, saya harus memutar-mutar layarnya agar tampilan kembali ke mode landscape seperti yang kuinginkan, walaupun memang ada aplikasi yang harus dijalankan dengan mode portrait. Jaka kebingungan melihat tingkahku memutar-mutar layarnya, hahahahaha.
Kugesekkan jariku dengan lembut di atas permukaan layarnya yang halus, secara otomatis gambar-gambar yang merupakan ikon aplikasi dalam layar tersebut bergerak, berpindah, bertukar tempat dengan ikon aplikasi yang sebenarnya dipanggil oleh gesekan jariku. Saya menikmati gesekan demi gesekan di atas layar kaca yang halus itu, tanganku terasa (nyaris) tidak menyentuh apa-apa, seperti membuat gerakan menggesek sebagai isyarat saja, dan dengan pintar para ikon aplikasi ini bergerak sesuai isyarat jariku.
Marilyn Monroe dan iPad |
Lelucon Lima Jari
Teman-teman pasti tidak asing lagi dengan istilah mengetik dengan sepuluh jari. Istilah tersebut kian usang oleh berkembangnya teknologi yang memfasilitasi dunia tulis menulis. Mengetik dengan sepuluh jari menandakan zaman kerja keras, kedua tangan diletakkan di atas keyboard dan siap untuk menekan tuts-tutsnya, sementara pandangan mata terfokus ke layar monitor menyaksikan tuts apa saja yang ditik oleh kesepuluh jari itu.
Gaya mengetik semakin maju, saya sudah merasakannya saat iPad milik Jaka itu berada di tanganku. Saya tertawa kecil sambil menggeleng memuju kecanggihan iPad serta kreatifitas Steve Jobs dalam merancang gadget digital yang sangat manja. Bayangkan saja pemirsa, saat tanga kiri anda memegang gadget ini, sementara lima jari di tangan kanan anda sibuk menari di keyboard screen iPad, dan pandangan anda tak perlu lagi terganggu karena harus bolak balik memandang monitor dan keyboard.
Ahhhhh, sepulang dari Garasi, kuhampiri teman di kontrakan dan mengatakan padanya bahwa saya pengen punya iPad, temanku hanya tertawa. Saat dia sibuk mengetik, merangkai kata untuk update status di facebook, kusindir dia: Aduhhhhh skarang tidak jaman lagi mengetik dengan sepuluh jari dinda. LIMA JARI donggg !!!!.
Kami terbahak-bahak dan pelan-pelan kembali ke dunia nyata!.
Semuanya adalah Sensasi
Semalaman, sentuhan-sentuhanku pada layar iPad tak bisa kulupakan, entah apakah si iPad juga tak bisa melupakan sentuhanku atau sebaliknya. Perasaan senang saat memangku iPad dengan kedua tanganku, membukanya, mengayunkannya, memutar layarnya, menaksir berapa beratnya... ouhhhhhhh sensasi itu indah sekali. Belum lagi ketika kubuka Safari dan mengetikkan alamat blogku disana, aku hampir berjingkrak sambil berteriak karena kegirangan melihat blogku dibuka dan tampil di layar iPad yang memukau. Swinggggg swingggg, #terbanggggggggggggg!
Ouh dunia, ouhhh teknologi, ouhhhh perkakas digital yang kian tahun kian memanjakan perasaan, merangsang titik-titik sensasi dalam diri hingga rasanya ada yang berpendar berpendar seperti permukaan laut yang berlinang cahaya. Sejenak kesadaranku hampir hilang didorong keinginan untuk memiliki iPad, tujuanku hanya satu yakni untuk memaksimalkan kegiatan menulis dan update blog.
Belakangan baru kusadari bahwa ada sekitar 60.000 aplikasi yang available, menunggu para pengguna iPad memaksimalkannya, sementara saya hanya memimpikan iPad untuk kegiatan menulis? Hanya 1 aplikasi yang ingin kupenuhi diantara 60.000 aplikasi digital yang tersedia. Ahhhh saya mulai gila, sensasi sudah mulai menjadi monster berbusana cantik, mirip Camilla belle dalam gaun latin yang indah, atau seperty Mary Elizabeth Winstead dalam busana sporty sambil tersenyum dengan matanya.
Benarkah saya benar-benar menginginkan iPad??? Jawabannya tentu saja YA saya benar-benar menginginkannya, akan tetapi saat pulang dari menyaksikan konser Kirsten Dunts dan bertemu dengan seorang yang misterius, berambut keriting dan berkulit hitam dan penuh senyum keramahan (mungkin dia adalah Morgan Freeman) bertanya kepadaku, “APAKAH KAU BENAR-BENAR MEMBUTUHKANNYA???”, saya terperanjat dan mulai berfikir lebih jernih.
3 komentar:
Hahaha, samaa.
Saya sederhana ji. Bukan ipad. Cuma henpon android sekelas galaxy y.
tapi setelah beberapa hari,
"apakah saya betul-betul butuh?"
@Nengbiker :: asik dong :D slamat yah...
@iqko :: kl cukup ji uang, apapun jadi kebutuhan... hehehhe, "Saya pengen punya iPad!!!". #Alamat kerja keras ...
Bentar lagi dah..pasti punya.
Post a Comment
Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)