1. Logika deduktif: dipakai dalam riset yang mengandung “pengujian teori atau konsep”, logika ini digunakan pada riset dengan metode survey kuantitatif.
2. Logika induktif: jika digunakan secara sempurna, akan dijalani sebuah penelitian grounded (grounded research) yyakni penelitian dalam rangka menemukan teori.
3. Logika dialektik: prosedur berfikir yang menggunakan logika deduktif dan induktid secara bergantian dalam suatu paket penelitian. Istilah lainnya, dengan cara berfikir yang disebut “lingkaran hermeneutic” yakni ‘rute’ berfikir yang melingkar-lingkar diantara data, teori dan konsep, sehingga kadang logika yang digunakan dalam riset tampak deduktif di satu sisi atau putaran dan pada putaran lainnya tampak induktif, bahkan kadang analogis (usaha memahami sesuatu menggunakan analogi). Penelitian dengan logika semacam ini dijumpai pada penelitian kualitatif. Oleh karena itu dalam penelitian semacam ini, teori yang disertakan lebih dari satu teori atau berlapis-lapis demi optimalisasi pemahaman hasil penelitian.
Teori dalam Kegiatan Riset Audiens
Contoh riset audiens untuk uji teori: Misalnya mempersoalkan pengaruh terpaan televisi terhadap waktu belajar anak-anak. Teori dalam kegiatan penelitian ini dibahas dalam “kerangka Teori” (Theoretical framework) dengan (berisi) beberapa pokok-pokok bahasan misalnya seperti ini:
- Anak-anak dan waktu belajar.
- Faktor (bukan fear faktor) yang mempengaruhi waktu belajar anak-anak.
- Terpaan televisi di kalangan anak-anaka.
- Pengaruh terpaan televisi terhadap waktu belajar anak-anak.
Dari kerangka teoritis (theoretical framework) di atas, dapat dijelaskan bahwa pendefinisian anak-anak dan waktu belajar masuk di poin pertaman (1). Sementara itu, poin kedua (2) mengidentifkasi atau mengexplorasi factor-faktor yang secara teoritis dianggap berpengaruh terhadap anak-anak, termasuk di dalamnya media massa atau televisi. Pendefinisian terpaan televisi ada pada poin ketiga (3).
Kerangka teoritis dalam contoh di atas memiliki dua variable yakni variabel derajat terpaan televisi (vaariabel X) dan jumlah waktu belajar (variabel Y).
Contoh di atas menunjukkan posisi teori untuk diuji kebenarannya secara empiris. Berikut satu contoh lagi yang menempatkan teori sebagai “partner diskusi” sang peneliti dalam memahami dan memaknai suatu data.
Perlu diperhatikan sebelumnya bahwa ada saat dimana teori dipakai sebagai titik-tolak untuk menentukan data (deduktif), di saat lain data dipakai untuk merumuskan konsep (induktif), ada pula saat peneliti memperoleh pengukuhan makna dan data dari suatu teori atau memperoleh pemahaman akan data penelitian dengan memakai suatu teori atau konsep sebagai analogi yang berfungsi membantu pemahaman (teori-teori yang biasanya menggunakan analogi dalam tradisi ilmu komunikasi seperti: konsep/ teori jarum hipodermik, medan magnit, panggung pertunjukan (dramaturgi), dll).
Nah, contoh penelitian misalnya mempermasalahkan bagaimana audien perempuan memaknai Sinetron Cinta Fitri. Teorinya dinamai “tinjauan teoritis” (berbeda pada contoh di atas yang teorinya dinama kerangka teoritis) dengan pokok-pokok bahasa seperti ini (misalnya):
- Televisi sebagai industry.
- Sinetron sebagai program hiburan di televisi.
- Program hiburan dan budaya massa.
- Audiens dan budaya menonton.
- Perempuan, cinta dan opera sabun di televisi.
Semoga bermanfaat :D
Postingan ini merupakan catatan perkuliahan Riset Audiens, dosen Farid Rusman, M.Si
0 komentar:
Post a Comment
Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)