Wednesday, June 4, 2008

Rekreasi Media; Perjalanan Tanpa Batas...

Saat saya menuliskan tulisan ini (bergaya essay), saya berada di bawah sindrom soft represive, atau bahasa yang dapat dipadankan dengan istilah saya itu adalah luka struktural. Seperti ini permisalannya,

Sebuah tubuh adalah sebuah wujud/pengandaian dari bangunan organisasional, siapakah pemimpin, siapa pekerja, siapa anggota?, saya menyarankan untuk tidak menjawab pertanyaan ini, tapi mengambil jalan alternatif lain dengan dalih untuk apa menjawabnya kalau jawabannya hanya memperjelas perbedaan antar bagian tubuh. Yang jelas adalah semuanya kerja.

Bagian tubuh mana pun, apa itu kepala yang selalu dianggap sebagai pimpinan harus bekerja, tangan juga kerja, kaki juga kerja, hati juga kerja. Jadi, menurut saya, percontohan tentang struktur tubuh ini cocok untuk digunakan sebaga kacamata untuk membaca organisasi gerakan bernama IPM.

Yang menjadi keinginan saya adalah; dalam Ikatan ini, bentuk struktur itu tidak boleh dijadikan sebagai sebuah patokan bekerja, jadi pekerjaan dalam ikatan dilaksanakan sesuai dengan potensi dan penguasaan pekerjaan masing-masing.

Seperti kata Soekarno, dia menyarikan Pancasila dengan kata Gotong-Royong, bekerja bersama-sama, yang diatas tidak boleh diam karena melihat di bawah biasa-biasa saja, dan di bawah juga tidak boleh diam karena tidak ada instruksi dari atas. Adakah pimpinan yang melarang bawahannya lebih cerdas dari dirinya?, berarti saya menemukan satu ciri pimpinan lagi dari banyak ciri pemimpin yang telah disebutkan banyak orang, yaitu pemimpin yang Katrok.

Marilah, saya mengajak sekalian kalian semua, melihat apa yang saya imajinasikan, apakah ini rasional? Membumi? Dan dapat diterima sebagai sebuah repreasentasi?

Terserah, yang jelas kita berbuat dulu.

Cobalah ingat bacaan kita dalam Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, bagaimana mimpi-mimpi menjadi sebuah kenyataan, menggugah. Trus yang harus jadi pertanyaan dalam pembacaan dan pemaknaan atau bahkan pelibatan diri kita dalam buku tersebut adalah, Apakah yang menjadikan mereka menemukan mimpi atau keinginan mereka menjadi sebuah kenyataan hidup (kalau memang apa yang dituliskana dalam buku tersebut adalah benara adanya)?.

Menurut saya, ada satu jawabannya yaitu “Media”. Mimpi adalah alam nyata bagi penduduk miskin yang tidak mau terjerat dalam hidup yang berkesusahan tak berkesudahan. Mereka hanya bisa bermimpi karena di alam nyata bagi banyak orang, segala keinginan harus dimediasi (dikabulkan oleh uang).

Maksudku mengatakan bahwa, mimpi mereka menggunakan media untuk mewujudkannya (mimpi mereka) adalah mereka berusaha menjadikan atau menumpahkan (sama seperti menulis ide) mimpi mereka dalam sebuah hidup yang realistis, mematerilkan atau mengempiriskan ide mereka.

Lalu apa hubungannya dengan Ikatan kita?

Sederhana sekali jika kita telah memiliki satu frame tentang media, yaitu semua atau segala mekanisme yang mengakomodasi ide atau barang (termasuk cita-cita dan segala macam) kita dalam suatu wujud yang universal sehingga mampu dimaknai oleh orang lain. Maka disini perlu diperjelas bahwa kritik adalah media yang mengakomodasi kegelisahan agar orang lain mengerti mengenai kegelisahan kita. Lalu yang lain harus berperan secara manusiawi menanggapi persoalan perasaan tersebut, bukan malah komplain balik. Kalau kritikus itu jelek, maka lebih jelek lagi mereka yang mengkritik kritikus, gimana?

Maka perlu ada perwujudan dalam mengaktualisasikan konsep gerakan dalam IRM, dan yang menjadi media adalah “laku” atau proses setiap individu dalam melangsungkaan proses bergerak tersebut. Laku yang saya maksud (bukan laku dalam kerangka ekonomi) adalah tindakan yang konsepsional didasarkan oleh kesadaran diri manusia (meminjam istilah Ali Syari’ati) bukan keasdaran politis, kesadaran sosial atapu kesadaran ekonomi dan lainnya. jika kemudian ada yang mengistilahkan hidup ini seperti sebuah permainan, ada yang sebagai penonton dan ada pemain, kita berada pada posisi yang mana saat itu?.

Dalam Ilmu komunikasi, peran yang dilakukan seseorang (yang tampaknya saling berbeda) dilakukan oleh orang yang lain yang memiliki peran yang saling berbeda. Dalam artian, siapa yang komunikator maka dia secara tidak langsung adalah komunikan, siapa pemimpin berarti secara tidak langsung dialah rakyat seperti rakyat sebagaimana sering kita bela, demikian pula sebaliknya.

Jadi bukan persoalan, ketika kita adalah penonton atau pemain, karena penonton pun memaikan permnainan mereka sendiri. Jika mencari sebuah persoalan, maka persoalannya adalah siapa yang paling maksimal memainkan perannya?.

Maka kembali kita mereview bagian atas dari tulisan ini. Yaitu persoalan senior–junior (istilah tradisional untuk menjelaskan struktur atau suatu tingkaatan kelas sosial/pekerja) atau pemimpin dan bawahannya. Persoalan tersebut sebaiknya bukanlah suatu yang harus kita perhatikan, malah sebaiknya kita cuekin aja. Yang utama adalah seberapa maksimal kita melakukan pekerjaan atau peran kita.

Saya bersepakat dengan teman saya yang menuliskan idenya dalam buku tamu di www.irm.or.id, (lihat langsung saja, username-nya pengendali asap) bahwa struktur itu dihapus saja karena menjadi setan yang menggoda kita untuk menjadi penggila hormat. Tapi karena tuntutan administratif maka, tidak apalah dihadirkan. Asal kita menyadari (tulisan ini menggunakan kesadaran versi Ali Syari’ati, bukan P. Freire) bahwa struktur bukanlah tembok besar yang menjadi benteng komunikasi. Saya malah berfikiran bahwa reaksi itu tidak musti menunggu aksi. Manamungkin kita menunggu tuhan melaknat kita supaya kita bertaubat dari kesalahan kita. (baca kembali paragraf ke lima di atas).

Demikian.

Demi Pena (keyboard) dan Segala Apa (benar ato salah) yang Dituliskannya.


Note; Rekreasi Media yang dimaksud dalam tulisan ini adalah, gerakan/perjalanan yang dilakukan sepuasnya, proses mewujudkan ide yang terkurung dalam jeruji konsep.

Tulisan ini dibuat untuk dipublikasikan pada www.irm.or.id untuk berpartisipasi sebagai kader IRM.

0 komentar:

Post a Comment

Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)

 

Alternative Road Copyright © 2012 -- Template was edited by Cheng Prudjung -- Powered by Blogger