Wednesday, June 4, 2008

Selamat Ultah, Panca!!!.

(kado untuk peringatan hari kelahiran Pancasila yang sedang tidak disaktikan)


Apakah ada yang pernah melihat sosok yang memiliki tangan 17 di bagian kiri dan kanannya dengan ekor berjumlah 8 dan bulu jenggot (mungkin juga bulu leher, saya tidak terlalu memperhatikan) berjumlah 45. Sosok itu entah manusia, binatang atau makhluk luar angkasa sebangsa Alien, atau makhluk luar angkasa bagi Alien sebangsa Mikail dkk.

Dari suara orang lain, kudengar namanya Pancasila, akrab dipanggil Panca (bukan Panca Trans TV). Mereka menyebutnya begitu karena tatto di dadanya berbentuk perisai dengan 5 gambar yang menjadi simbol dengan makna masing-masing yang saling berkaintan. Kurasa kalian pernah mendengar atau melihatnya, jadi pastinya sudah tahu bagaimana detail sosok tersebut.

Bau badannya sangat harum, ketika ia turun ke bumi (tadi kan sudah kusampaikan bahwa dia bukan manusia atau binatang, jadi kukatan dia turun ke bumi) pertama kali sampai beberapa lama. Saking harumnya, setiap orang mengukuti kemana ia pergi, berkeinginan sebagaimana kemauannya dan merasakan segala apa yang panca rasakan. Mereka yang tidak mengikuti akan tersiksa karena semua kebahagiaan ada padanya, dalam artian Panca memonopoli kebahagiaan hidup, sehingga siapa yang tidak mengikuti, berkeinginan, dan merasakan apa yang ia alami, maka mereka terjebak sendiri dalam hidup yang antibahagia.

Awal kedatangannya aneh, beritanya juga simpang siur, ada yang mengatakan kalau Panca itu bertemu dengan seorang dari bangsa (orang atau manusia yang sedang saya bicarakan dan menuliskannya dengan kata ganti Mereka) ini di suatu tempat yang antah beranta, kata orang religi tempat itu bernama ilham Kata filosof, tempat itu bernama idea. Kata pemalas di tempat bernama mimpi. Pokoknya aneh (kuperingatkan, jangan terlalu terpancing dengan kata aneh, sampai kalian menjustifikasi aneh itu buruk, irasional dan menipu) tapi semua orang yang berakal toh kemudian mengikutinya.

Saat sekarang, keharumannya seakan hilang atau berkuranglah bahasa kerennya. Dia mulai berbau asap, berbau debu. Wajahnya mulai pucat karena tempat yang didatanginya selalu menggunakan Air Conditioner (AC), kulitnya bertambah hitam akibat cahaya matahari terang-terangan membakarnya, dibanding dulu, suasana sejuk masih membelanya dari terpaan panas terik matahari. Dia hampir tidak dapat dikenali sebagai panca lagi karena perubahannya yang drastis, hampir seperti manusia secara umum. Bulu kepalanya tumbuh dan bertambah lebat seperti ramput manusia, karena ada orang yang tidak sengaja menyenggol meja yang diatasnya ada sebotol ful minyak Firdaus tumpah ke atas kepala Panca saat panca menunduk sampai ke bawah meja mengambil kartu ATMnya yang terjatuh (bayangkan saja sendiri kejadiannya).

Olehnya itu, Panca tidak menawan lagi di jaman modern ini, kharismanya di mata orang mulai hilang, dan persoalan kebahagiaan, ah orang-orang sudah terbiasa dengan hidup susah sehingga kesusahan mereka itu adalah kebahagiaan (bangsa ini tidak mengenal istilah (imaginasi uforis).

Telah hadir banyak sosok (dari manusia) yang lebih menawan orang banyak. Kulit putih, mata bulah, hidung mancung, bibir menggoda yang semuanya itu terletak pada wajah yang bersih dan mulus. Rambut tertata rapi, malah ada yang merajut ramputnya dan tampil sebagai gaya baru dalam bangsa ini, walaupun itu tiruan.

Orang-orang kemudian banyak yang bertengkar, awalnya karena saling mencibir. Pengikut setia Panca dinilai kolot dan ketinggalan jaman oleh mereka yang menolak Panca. Sementara pengikut Panca menganggap bahwa buat apa menjauhi apalagi meninggalkan Panca sementara Panca memiliki kebahagiaan, menyatukan banyak hidung karena keharuman Panca cocok untuk semua hidung yang berbeda.

Demikianlah, sampai akhirnya kekompakan bangsa ini saat dalam kesulitan mendera akibat kerakusan bangsa penjajah, mulai pudar akibat saling mencibir dan dengan egois tidak ada yang saling menerima, membuka tanga untuk berpelukan walaupun berbeda. Tapi, jangan menganggap golongan yang ingin mempersatukan itu tidak ada, ada, ada golongan yang selalu mengajak dua kelompok ini menyatu tanpa menjadi salah satu diantara mereka, tapi kelompok orang ini malas keluar rumah, mereka hanya mengintip di jendela, melihat keadaan sekitar agar mengikuti perkembangan, dan naik ke atap berteriak dan menyerukan untuk bersatu.

Sayangnya, oarang-orang di bangsa ini tidak lagi begitu memperhatikan suara, mereka lebih fokus kepada perut masing-masing, sehingga seruan tiada didengan. Suara hanya berguna untuk perut, bukan telinga.

Demikianlah tentang panca, sebagaimana yang kudengar dan kunilai dari kata orang. Saya tidak pernah melihatnya karena walaupun terkenal, saya adalah orang buta. Cantik dan tampan tidak bisa kubedakan, yang mampu kulakukan untuk membedakan cantik dan tampan adalah sentuhan.

Jika ada yang menanyaiku setelah mengetahui isi pikiran ini mengenai Panca, apakah saya akan ikut Panca atau tidak? Maka akan kukatakan kalau saya mengikuti Tuhan, Panca mungkin dari Tuhan sehingga apa salahnya kalau kuikuti, apalagi ia datang dengan aneh, dan menurutku kadang sesuatu yang aneh itulah yang benar. (seorang nabi bernama Muhammad mengunjungi Sidratul Muntaha dari Mekkah dalam semalam tanpa transportasi. Aneh bukan?).

Atau jika panji tidak dari Tuhan, berarti dialah Tuhan. Dan manusia harus mengabdi pada Tuhan bukan?, bahkan Atheis pun bertuhan. Ia menuhankan dirinya sendiri (seperti itu menurutku).

Maka menurutku persoalan yang sedang populer di bangsa ini mengenai Panca sekadar dibesar-besarkan, baiknya adalah orang-orang diajak kembali untuk menjawap penasarannya terhadap siapa Panca sebenarnya dan siapaa yang bertemu dengannya pertama kali. Buruknya, ini akan menghancurkan bangsa. Bukan bangsa siapa tapi bangsa bagi rakyat yang bertikai sekarang.

Sebelum terlanjur, perlu kuingatkan, jangan bikin malu dengan bangsa yang lain karena bangsa ini hancur akibat egoisitas dan “kegilaan” kita akan kemampuan diri sendiri.

Bukanlagi Pancasila yang aneh, tapi kita, saya pun begitu. Itu saja

0 komentar:

Post a Comment

Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)

 

Alternative Road Copyright © 2012 -- Template was edited by Cheng Prudjung -- Powered by Blogger