Tuesday, October 19, 2010

Si Ucheng Is Bingung On the Boat

Apakah kita musti menyisipkan suatu muatan kebaikan dalam catatan atau karya tulisan tertentu?, semisal jika saya menulis essai tentang Mahasiswa Rantau di Malang dan Dompet yang Tipis, dan yang saya sampaikan hanyalah realitas kehidupan mereka, tanpa menyisipkan persuasi untuk “mari belajar dari kenyataan tersebut”.

Penyisipan sebuah nilai, atau dakwah (anggaplah dakwah jika ada yang g sepakat) dalam sebuah tulisan menentukan muatan tulisan tersebut, kehambaran atau citarasa tulisan terdapat dalam jawaban “Apa yang diinginkan oleh tulisan ini?”. Semisal buku berjudul Drunken Monster yang ditulis oleh Pidi Baiq, disana cerita-cerita yang disajikan sepertinya tdak keruan, meloncat sana-sini dan alurnya timbul tenggelam. Apa yang bisa kita temukan disana?

Jika pertanyaan itu ditujukan pada saya pribadi, maka jawabanku adalah, menemukan apa yang tidak ditemukan. Membayangkan suasana kacau atau kenyataan kacau dengan kendaraan buku. Kita dihadapkan dengan kehidupan kacau tanpa ada role lagi. Menyenangkan.

Dan apakah kekacauan yang disajikan oleh Pidi Baiq adalah sebuah substansi yang terdapat dalam buku tersebut? Atau sebenarnya kita tulisakan saja apa yang di benak kita dan menyerahkan nilainya kepada pembaca tulisan kita?. Hal ini yang memusingkanku dalam usaha produksi tulisan.

Untuk apa kita menulis?

0 komentar:

Post a Comment

Jangan lupa meninggalkan komentar ya.... (Tolong jgn berkomentar sebagai Anonymous)

 

Alternative Road Copyright © 2012 -- Template was edited by Cheng Prudjung -- Powered by Blogger